Mengajarkan dan Membiasakan Anak Untuk Shalat
Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
Mengajarkan dan Membiasakan Anak Untuk Shalat merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Mencetak Generasi Rabbani. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 9 Dzulqa’dah 1441 H / 30 Juni 2020 M.
Kajian Islam Ilmiah Tentang Mengajarkan dan Membiasakan Anak Untuk Shalat
Kita sampai pada poin kedua dari bab anak dan penguatan pilar-pilar keislaman, yaitu rukun Islam yang kedua, pembelajaran shalat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam kitabNya:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا…
“Dan perintahkanlah keluargamu untuk mengerjakan shalat dan bersabarlah kamu diatas shalat tersebut...” (QS. Tha-ha[20]: 132)
Lihat juga: Penjelasan Rukun Islam
Ini adalah perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala khususnya kepada orang tua agar memperkenalkan shalat kepada anak sedini mungkin. Karena ini merupakan rukun Islam yang terpenting setelah syahadat. Yaitu menegakkan shalat yang merupakan pilar hubungan hamba dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hablum minallah itu diwujudkan dengan mengerjakan kewajiban shalat lima kali sehari semalam. Dan tentunya perkara pertama yang diajarkan kepada seseorang yang masuk Islam adalah diajarkan wudhu kemudian shalat. Dan shalat ini memiliki makna yang sangat penting di dalam kehidupan seorang muslim, tidak bisa dipisahkan antara muslim dan shalat. Hingga Nabi mengatakan:
إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ والكُفْرِ تَرْكَ الصَّلاةِ
“Batasan antara seorang hamba muslim dengan syirik dan kekufuran adalah meninggalkan shalat.”
Jadi ini adalah perintahkan yang sangat ditekankan, banyak sekali perintah-perintah di dalam Al-Qur’an untuk menegakkan shalat. Dan shalat ini adalah salah satu ibadah yang mana seorang hamba bermunajat dan berhubungan secara langsung dengan penciptanya, Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu jangan sampai kita telat dan terlambat memperkenalkan shalat ini kepada anak-anak kita.
Kita mulai dengan memperlihatkannya ketika ia sudah dapat melihat, lalu membimbingnya dan mengajaknya shalat di samping kita ketika dia sudah bisa bergerak seperti berdiri, ruku’ dan sujud. Yang perlu diingat adalah pembelajaran shalat ini harus dilakukan dalam suasana yang menyenangkan bagi mereka dan menggembirakan. Karena usia anak-anak bukanlah usia taklif, mereka belum mukallaf (belum dibebani kewajiban), jadi tujuan pembelajaran shalat ini adalah untuk membiasakan.
Hingga ketika sudah baligh, ketika sampai usia taklif ia sudah terbiasa melaksanakan shalat tersebut serta mengerjakan ibadah-ibadah yang lain. Dan shalat ini adalah penentu, sebagaimana dikatakan Nabi, jika bagus shalatnya maka bagus seluruh amalnya.
Adapun batas maksimal menyuruh anak shalat adalah 7 tahun. Jangan sampai telat, lebih cepat lebih baik, tapi jangan sampai lewat dari 7 tahun baru kita suruh shalat, itu telat. Banyak orang tua yang mengeluhkan anaknya malas shalat dan tidak terbiasa shalat, bahkan kadang-kadang curi-curi untuk meninggalkan shalat. Mungkin ini salah satu sebabnya adalah orang tua telat memperkenalkan shalat ini kepada si anak. Anak sudah berusia 9 tahun bahkan nyaris hampir 10 tahun baru disuruh dan dipaksa untuk mengerjakan shalat, ini namanya terlambat. Nabi mengatakan:
مُرُوا أَوْلادكُمْ بِالصَّلاةِ وهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ
“Suruhlah anak-anak kamu mengerjakan shalat saat mereka berusia 7 tahun.”
Itu maksimalnya 7 tahun, jika lebih dari itu maka tergolong terlambat dan keluar dari apa yang diperintahkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Lebih cepat, lebih baik. Dimulai dari usia tamyiz, tadi kita sebutkan ketika anak sudah bisa melakukan gerakan-gerakan shalat, bisa bergerak luwes, berdiri, ruku’ dan sujud, ajak dia untuk shalat, ajarkan dia untuk shalat. Walaupun tidak sempurna tentunya anak-anak shalat, tapi dia terbiasa dengan gerakan-gerakan seperti ruku’ dan sujud yang merupakan rukun yang paling penting di dalam shalat. Agar dia tahu kewajibannya nanti. Pada usia yang ke-7, kita hendaknya menyuruh dia untuk mengerjakan shalat ini, melatih mereka untuk menunaikan shalat ini secara tertib,disiplin, mengenal waktu-waktu shalat, demikian juga hal-hal yang mendukung shalat; mulai dari berwudhu, menutup aurat dan memperkenalkan kiblat kepada anak. Sehingga dia tahu perkara yang sangat mendasar di dalam agama kita.
Ajarkan juga hukum-hukum yang berkaitan dengan bersuci, thaharah, istinja’, cara mengangkat hadats, misalnya dia buang air kecil hendaknya dia beristinja’, ajarkan cara berwudhu, menutup aurat, ini nanti akan kita bahas pada pembahasan mengjarkan hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan seksual kepada anak.
Lihat juga: Bab Thaharah
Dan juga ajarkan tata cara shalat Nabi secara ringkas; rukun-rukunnya, misalnya berdiri, ruku’, i’tidal, sujud, duduk, itu adalah bagian-bagian terpenting di dalam shalat yang itu bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk anak-anak. Dan kewajiban-kewajiban shalat, sunnah shalat, hal-hal yang bisa membatalkan shalat, misalnya di dalam shalat tidak boleh berkata-kata, itu semua dilatih sejak dini.
Juga minta mereka agar menghafal hal-hal yang penting di dalam shalat. Yang paling utama adalah surat Al-Fatihah, karena tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Al-Fatihah. Maka kita latih anak-anak untuk bisa menghafal surat Al-Fatihah. Siapa saja mudah menghafal surat Al-Fatihah ini, bahkan orang yang baru masuk Islam sekalipun yang belum mengenal bahasa Arab, tapi sangat mudah bagi mereka untuk menghafal surat Al-Fatihah. Inilah salah satu mukjizat Al-Qur’an, bahwa Allah mudahkan Al-Qur’an ini untuk manusia. Dan anak-anak tentunya bisa untuk menghafal ini dengan cepat.
Dan lakukan ini sejak dini. Makin cepat makin bagus. Karena kita liihat di sana ada anak-anak yang begitu masuk usia mukallaf, shalatnya sudah tertata rapi, shalatnya seperti orang dewasa. Ada yang menginjak 10 tahun bahkan di atas itu shalatnya masih berantakan, belum mengerti tata cara pelaksanaan shalat yang benar. Berlaku pepatah yang dikenal dikalangan kita, yaitu alah bisa karena biasa.
Itulah hikmah di sini Nabi menyuruh orang tua memerintahkan dan melatih anak-anak mereka untuk mengerjakan shalat diusia maksimal tujuh tahun, jangan lebih dari itu. Jika lebih dari itu, maka akan banyak masalah-masalah kedepannya.
Suasana menyenangkan
Dan tentunya itu semua dilakukan dengan suasana yang menyenangkan. Sehingga anak ini senang mengerjakan shalat. Maka dari itu kita mendahulukan targhib (pemberian motivasi, dorongan, pancingan) dan kita menunda dulu tarhib (ancaman, hukuman). Nabi mengatakan:
وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِينَ
“Dan pukullah mereka,
Perintah memukul di sini maksudnya adalah jika diperlukan dan tidak berarti harus memukul. Seperti perintah pembolehan untuk memukul istri ketika langkah (nasihat) pertama, langkah kedua tidak berjalan, tidak harus dipukul juga. Kita tahu bahwa Nabi tidak pernah memilih opsi memukul istri, walaupun mungkin ada alasan untuk itu.
Anak-anak juga demikian. Sebagian orangtua mungkin terlalu berpatok kepada lafal dzahir kepada hadits ini lalu betul-betul dipukul anak itu. Pukulan di sini adalah hukuman maksimal. Dan pukulan itu juga ada kriterianya, bukan asal pukul.
Download mp3 kajian dan simak pembahasan yang penuh manfaat ini..
Download mp3 Kajian Islam Tentang Mengajarkan dan Membiasakan Anak Untuk Shalat
Podcast: Play in new window | Download
Lihat juga: Cara Mendidik Anak dan Pentingnya Mencetak Generasi Rabbani
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48642-mengajarkan-dan-membiasakan-anak-untuk-shalat/